Pameran Otomotif GIIAS 2022

Soal Elektrifikasi Otomotif, Dirjen ILMATE: Ada Tantangan, Ada Peluang!

Isu elektrifikasi otomotif bukan hanya di Indonesia, namun juga di pasar otomotif global dianggap jadi tantangan besar sekaligus jadi peluang. AG - Alun
Isu elektrifikasi otomotif bukan hanya di Indonesia, namun juga di pasar otomotif global dianggap jadi tantangan besar sekaligus jadi peluang. AG - Alun

Autogear.id - Namanya era yang baru, tentu semuanya tentang tantangan dan harapan. Hal yang sama juga terjadi di era elektrifikasi otomotif nasional, kini menjadi acuan besar industri gobal, terutama dalam hal alat angkutan atau transportasi, otomotif dan isu lingkungan. Di pameran otomotif nasional GAIKINDO Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2022, hal ini dibahas secara lengkap dalam seminar khusus yang digelar oleh GAIKINDO.

Menghadirkan perwakilan pemerintah Kementerian Lingkungan Hidup serta Dirjen ILMATE yaitu Taufiek Bawazier. Kemudian ada juga panelis lain yang merupkan pakar soal regulasi, dan sektor bisnisnya yang diwakili dari dunia pendidikan yaitu dari ITB dan UI. Dalam pembahasan awal, disebutkan bahwa jumlah kepemilikian kendaraan bermotor di Indonesia masih sangat rendah yaitu 99 mobil dalam jumlah 1000 penduduk. 

Namun saat ini mayoritas masih didominasi oleh penggunaan kendaraan dengan mesin pembakaran internal atau Internal Combustion Engine (ICE). Sementara untuk kendaraan dengan sistem elektrifikasi berbasis baterai, masih belum ada 0,1 persen. Hal ini lantas menjadi konsentrasi bagi banyak kalangan pemerhati industri otomotif nasional dan kemungkinannya.

Menurut Dirjen Industri Logam, Metal, Alat Transportasi dan Elektronik (ILMATE), Kementerian Perindustrian, Dr. Ir. Taufiek Bawazier, M. Si yang juga menghadiri seminar pada hari ini, untuk menyikapi isu lingkungan, alat angkut dan otomotif di GIIAS 2022, bahwa Kondisi ini menjadi tantangan besar untuk elektrifikasi otomotif Indonesia. 

Baca Juga:
Baleno dan S-Presso jadi Momen Suzuki Genjot Strategi Pemasaran

Bahkan lebih luas lagi di level global yang saat ini industri kendaraan dengan pembakaran internal masih sangat dominan. Di saat yang bersamaan tentu menjadi peluang besar bagi produsen komponen otomotif nasional. Mengingat kita masih terlalu berfokus untuk komponen kendaraan ICE.

"Perlu kita lihat ke pasar global, selain menghadapi tantangan besar soal bagaimana industri otomotif nasional berganti ke elektrifikasi otomotif, juga menjadi kesempatan buat produsen komponen otomotif nasional untuk mulai berganti ke untuk mencari komponen yang bisa mereka produksi untuk kendaraan listrik. Kalau kita masih terlalu asik dengan produksi komponen kendaraan ICE, maka ini akan menyulitkan kita menghadapi sesi phase out," papar Taufiek Bawazier saat memberikan pandangannya soal elektrifikasi otomotif.

Taufiek menegasksan bahwa negara-negara lain yang punya komitmen besar dalam hal elektrifikasi otomotif, sudah mencanangkan bahwa 2035 adalah batas dari kendaraan ICE beredar di negara mereka. Kalau kita tidak pandai melihat potensi ini, maka kita akan tertinggal untuk isu elektrifikasi. Namun ini juga sekaligus menjadi potensi besar bagi produsen komponen, agar mulai fokus mencari apa yang mereka bisa produksi untuk kendaraan listrik." 

Taufiek melanjutkan bahwa jika produsen komponen dan otomotif itu sendiri tidak mulai melakukan perpindahan perlahan dan adaptasi dengan teknologi terbaru di industri otomotif global, maka ini akan jadi ancaman besar. Terutama untuk pasar ekspor Indonesia yang berjumlah 80 negara. Namun jika semua siap termasuk produsen komponen, maka ekspor ke 80 negara itu bisa tetap terjaga atau malah bisa ditingkatkan. 

Baca Juga:
Ini Dia Head Unit Detektor CO2 dan Pembasmi Virus di Mobil

“Berdasarkan proyeksi internal Kemenperin, jumlah kendaraan ICE yang beredar pada tahun 2030 sebanyak 25,8 juta unit dan menghasilkan emisi 92.2 juta ton CO2. Dalam rangka dukungan pengurangan Emisi CO2, Kementerian Perindustrian mengeluarkan kebijakan pengembangan industri kendaraan bermotor emisi karbon rendah yang diatur dalam Permenperin No. 36 Tahun 2021.”

Dalam diskusi khusus yang digelar GAIKINDO bersamaan dengan hari kelima pelaksanaan GIIAS 2022 ini, hadir pula penanggap perwakilan dari institusi dan pendidikan, yaitu Dr. Ir, Agus Purwadi, M.T yang membahas tentang kesiapan ekosistem dari sisi regulasi, energi, disposal dan aspek keamanan. Agus menegaskan bahwa kesiapan ekosistem ini juga menjadi kuncian bagaimana elektrifikasi otomotif di Indonesia lebih gampang diterima.

Menurut Agus bahwa elektrifikasi otomotif ini akan sangat terpengaruh dari kebijakan pemerintah. Bukan hanya untuk penggunaan di kota-kota besar, namun juga untuk penggunaan di seluruh Indonesia. Lantaran ini akan menentukan bagaimana masyarakat bisa menerima kendaraan tipe baterai ini dengan cepat atau tidak. 

“Saya melihat bahwa industri yang paling cepat menangkap dan beradaptasi dengan perubahan adalah industri otomotif. Kalau bisa dibilang, industrinya punya inisiatif tersendiri agar adaptasi ke kendaraan yang lebih ramah lingkungan itu lebih cepat. Memang kendaraan tidak ada yang benar-benar terbebas dari emisi gas buang, tapi dari sisi presentase yang ada, ya kita bisa bilang energi yang digunakan adalah energi terbarukan,” ujar Agus Purwadi.

Baca Juga:
Seseruan Hari Kemerdekaan di GIIAS 2022, Harga Tiketnya Spesial Rp77 Ribu

Dalam sesi diskusi yang berlangsung di GIIAS 2022, ruangan Nusantara, Gedung ICE BSD City  Kabupaten Tangerang itu, juga dihadiri oleh jajaran kepengurusan GAIKINDO, termasuk Ketua Umum GAIKINDO, Yohannes Nangoi dan Ketua III GAIKINDO yang sekaligus adalah Ketua Pelaksana GIIAS 2022, Rizwan Alamsjah. 
 


(uda)