Industri Otomotif

McLaren Terancam Bangkrut di Pertengahan Juli 2020

McLaren diambang kebangkrutan. thenewswheel
McLaren diambang kebangkrutan. thenewswheel

Autogear.id: Krisis finansial yang dialami McLaren semakin memburuk. Dilansir dari Forbes, perusahaan otomotif asal Inggris tersebut menuju ambang kebangkrutan pada tanggal 17 Juli mendatang. 

Pekan ini dilaporkan bahwa McLaren membawa obligasi ke pengadilan, demi mendapatkan deklarasi Pengadilan Tinggi yang memungkinkan Grup untuk menggunakan kantor pusat Woking dan koleksi mobil bersejarah sebagai jaminan untuk pinjaman baru. 

Hanya saja, permasalahannya McLaren sudah kehabisan waktu. Bahkan menurut Forbes, situasi McLaren saat ini benar-benar mengkhawatirkan. 

"McLaren mengatakan akan bangkrut jika pemegang Nota tidak mengizinkannya melepaskan aset dari keamanan dan menjualnya atau mendapatkan pinjaman baru," demikian jelas laporan yang dirilis Forbes. 

Laporan tersebut menambahkan bahwa Hakim perlu mengeluarkan deklarasi yang mendukung McLaren hanya dalam 17 hari sehingga bisa mendapatkan kesepakatan melebihi garis finish.

"Pengajuan tersebut mengungkapkan bahwa “Grup perlu memperoleh bantuan deklaratori terlebih dahulu pada tanggal 17 Juli 2020. Karena periode waktu yang diperlukan untuk menandatangani dokumentasi kontrak dan mengatur agar dana yang relevan harus dibayar, bantuan deklaratori sebenarnya harus diberikan setidaknya lima hari kerja sebelum dana dibutuhkan. Dengan kata lain, bantuan deklarasi diperlukan selambat-lambatnya 10 Juli 2020," lanjut laporan tersebut. 

Sementara itu, pemegang Nota, bagaimanapun juga telah menempatkan opsi lain di atas meja karena, menurut pengacara mereka, jalur pengadilan tidak akan selesai sebelum Grup kehabisan dana tunai. 

McLaren menghadapi kerugian finansial besar-besaran karena Grup hanya mampu menjual kurang dari sepertiga dari total produksi mobil McLaren pada kuartal pertama tahun ini dibandingkan tahun lalu. Itu berarti pendapatan turun dari 217,7 juta dollar AS (Rp3 Trilun) menjadi 136,2 juta dollar AS atau sekitar Rp1,9 Triliun dan ini terjadi sebelum pandemi. 


(uda)